Sebab
sebab terjadinya krisis moneter 1998
Ada beberepa sebab terjadinya
krisis ekonomi tahun 1998 diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Stok hutang luar negeri swasta
yang sangat besar dan umumnya berjangka pendek yang telah menciptakan “ketidakstabilan”.
Hal ini diperburuk oleh rasa percaya diri yang berlebihan, bahkan cenderung
mengabaikan, dari para menteri dibidang ekonomi maupun masyarakat perbankan
sendiri menghadapi besarnya serta persyaratan hutang swasta tersebut.
Pemerintah sama sekali tidak
memiliki mekanisme pengawasan terhadap hutang yang dibuat oleh sector swasta
Indonesia. Setelah krisis berlangsung, barulah disadari bahwa hutang swasta
tersebut benar -benar menjadi masalah yang serius. Antara tahun 1992 sampai
dengan bulan Juli 1997, 85% dari penambahan hutang luar negeri Indonesia
berasal dari pinjaman swasta (World Bank, 1998). Mengapa demikian? Karena
kreditur asing tentu bersemangat meminjamkan modalnya kepada
perusahaan-perusahaan (swasta) di negara yang memiliki inflasi rendah, memiliki
surplus anggaran, mempunyai tenaga kerja terdidik dalam jumlah besar, memiliki
sarana dan prasarana yang memadai, dan menjalankan sistem perdagangan terbuka.
2. Banyaknya kelemahan dalam
sistem perbankan di Indonesia. Dengan kelemahan sistemik perbankan tersebut,
masalah hutang swasta eksternal langsung beralih menjadi masalah perbankan
dalam negeri.
3. Tidak jelasnya arah perubahan
politik, maka isu tentang pemerintahan otomatis berkembang menjadi persoalan
ekonomi pula.
4. Perkembangan situasi politik
telah makin menghangat akibat krisis ekonomi, dan pada gilirannya memperbesar
dampak krisis ekonomi itu sendiri.
5. Miss government.
6. Faktor utama yang menyebabkan
krisis moneter tahun 1998 yaitu faktor politik. Pada tahun 1998 krisis ekonomi
bercampur kepanikan politik luar biasa saat rezim Soeharto hendak tumbang.
Begitu sulitnya merobohkan bangunan rezim Soeharto sehingga harus disertai
pengorbanan besar berupa kekacauan (chaos) yang mengakibatkan pemilik modal dan
investor kabur dari Indonesia. Pelarian modal besar-besaran (flight for safety)
karena kepanikan politik ini praktis lebih dahsyat daripada pelarian modal yang
dipicu oleh pertimbangan ekonomi semata (flight for quality). Karena itu,
rupiah merosot amat drastis dari level semula Rp 2.300 per dollar AS
(pertengahan 1997) menjadi level terburuk Rp17.000 per dollar AS (Januari
1998).
8. Banyaknya utang dalam valas,
proyek jangka panjang yang dibiayai dengan utang jangka pendek, proyek
berpenghasilan rupiah dibiayai valas, pengambilan kredit perbankan yang jauh
melebihi nilai proyeknya, APBN defisit yang tidak efisien dan efektif, devisa
hasil ekspor yang disimpan di luar negeri, perbankan yang kurang sehat, jumlah
orang miskin dan pengangguran yang relative masih besar, dan seterusnya.
9. Krisis moneter dimulai dari
gejala/kejutan keuangan pada juli 1997, menurunnya nilai tukar rupiah secara
tajam terhadap valas, diukur dengan dolar Amerika Serikat yang merupakan
pencetus/trigger point. Meskipun tidak ada depresiasi tajam baht(mata uang
Thailan), Krismon tetap akan terjadi di Negara tercinta ini. Kenapa? karena
gejolak sosial dan politik Indonesia yang memanas. Oleh karena itu penyebab
krismon 98 bisa dikatakan campuran dari unsur-unsur eksternal dan domestik(J.
Soedrajad Djiwandono).
10. Diabaikannya early warning
system merupakan penyebab mengapa krismon 97 melanda Inonesia. Adapun early
system warningnya adalah: meningkatnya secara tajam deficit transaksi berjalan
sehingga pada saat terjadinya krisis, defisit transaksi berjalan Inonesia
sebesar 32.5% dari PDB. Utang luar negeri baik pemerintah maupun swasta yang
tinggi. Boomingnya sektor properti dan financial yang mengabaikan kebijakan
kehati-hatian dalam pemberian kredit perbankan diperuntukan untuk membiayai
proyek-proyek besar yang disponsori pemerintah dan tidak semua proyek besar itu
visibel. Tata kelola yang buruk(bad governence) dan tingkat transpalasi yang
rendah baik sektor publik maupun swasta(Marie Muhamad).
11. Argument bahwa pasar
financial internasional tidak stabil secara inheren yang kemudian mengakibatkan
buble ekonomi dan cenderung bergerak liar. Bahkan sejak tahun 1990-an pasar
financial lebih tidak stabil lagi. Hal ini dikarenakan tindakan perbankan
negara-negara maju menurunkan suku bunga mereka. Sehingga mendorong dana-dana
masuk pasar global. Maka pada tahun 1990-an dana asing melonjak dari $9 Miliar
menjadi lebih dari $240 Miliar.
12. Kegagalan manajemen makro
ekonomi tercermin dari kombinasi nilai tukar yang kaku dan kebijakan fiskal
yang longgar, inflasi yang merupakan hasil dari apresiasi nilai tukar efectif
riil, deficit neraca pembayaran dan pelarian modal.
13. Kelemahan sector financial
yang over gradueted, but under regulete dan masalah moral hazar.
14. Semakin membesarnya
cronycapitalism dan sistem politik yang otoriter dan sentralistik(M. Fadhil
Hasan). Jika diartikan secara ekonomis teknis, krisis bisa disebut sebagai
titik balik pertumbuhan ekonomi yang menjadi merosot. Dan penyebabnya jika
ditinjau dari teori konjungtur, ada dua karakteristik krisis 1). krisis
disebabkan tidak sepadannya kenaikan konsumsi ketimbang kenaikan kapasitas
produksi atau underconsumption crisis. 2). Krisis disebabkan terlampau besarnya
investasi yang dipicu modal asing karena tabungan nasional sudah lebih dari
habis untuk berinvestasi. Krisis seperti ini disebut overinvestment, dan ini
yang terjadi di Indonesia(Kwik Kian Gie). Begitulah beberapa penyebab krismon
98 di Indonesia, yang dampaknya masih terasa sampai sekarang.
Analisis : “krisis kepercayaan”
yang ternyata menjadi penyebab paling utama dari segala masalah ekonomi yang
dihadapi pada waktu itu. Akibat krisis kepercayaan itu, modal yang dibawa lari
ke luar tidak kunjung kembali, apalagi modal baru.
http://ade-artikel.blogspot.co.id/2010/03/sebab-sebab-terjadinya-krisis-ekonomi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar